Kamis, 31 Maret 2011

puisi leon agusta

DOA DALAM KABUT
Suatu ketika, akan ada yang siuman
Mungkin tak semua mati jadi korban kegilaan
Pohon dan daunan masih akan saling berbisik:

Jangan sampai mereka tak melihat cahaya
Jangan sampai mereka tak mendengar suara

Para pertapa sudah menduga, dari awal prahara
Sebuah akhir yang pedih sudah menunggu
Menyita waktu menjemput bencana baru

Suatu ketika, akan ada yang siuman
Mungkin tak semua mati jadi korban kegilaan
Ada geliat dari tanah merayap ke atas batu
Bagai bayi mencari ibu karena merasa mencium susu
Bayi yang disisakan bencana, busuknya dunia

Fajar baru akan bermula dari senyum sang bayi
Orangtuanya mati setelah melahirkannya
Menelan api benci yang dimuntahkan senapan

Tuhan
Berilah keajaiban, tumbuhkan susu pada batu
Selimut hangat dari lumut bagi sang bayi
Berikan pula pada orang-orang berbedil
Keagungan cinta dalam membaca Manusia
Ajari mereka berjalan dengan peta warisan para nabi
Perkenankanlah.


ODE BUAT PROKLAMATOR

Bagi negeriku, bermimpi di bawah bayangan burung garud
Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dia kembali
Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkannya sebuah
negeri; dalam lumpur dan lumut, dengan api menyapu kelam
menjadi untaian permata hijau di bentangan cahaya abadi; yang
senantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi; menguak
kabut mendung, menerjang benteng demi benteng
membalikkan arah topan, menjelmakan impian demi impian
Dengan seorang sahabatnya, mereka tandatangani naskah itu !
Mereka memancang tiang bendera, merobah nama pada peta, berjaga
membacakan sejarah, mengganti bahasa pada buku. Lalu dia meniup
terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma
Kini kita ikut membubuhkan nama di atas bengkalainya;
meruntuhkan sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan
Perang saudara mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan,
di sawah terbuka yang sakti
Kata berpasir di bibir pantai hitam
dan oh, lidahku yang terjepit, buih lenyap di laut bisu
derap suara yang gempita cuma bertahan atau menerkam
Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali
bersama gemuruh cinta yang membangunkan sejuta rajawali
Tak mengelak dalam bercumbu, biar di ranjang bara membatu
Tak berdalih pada kekasih, biar berbisa perih di rabu
Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya tak pudar

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com